..:: Welcome...Huanying Guanglin...Hwangyong-hamnida... Assalamualaikum...Selamat Datang di Web Pertama Q, Silakan Jelajahi Web Ini dan Jangan Lupa Untuk Membaca Bismillah::..

DiBalik Perayaan Tahun Baru Masehi

Sreet....! Satu lembar lagi kalender sobek yang mangkal di atas meja kerja kudu menghuni tempat sampah. Phew...., nggak kerasa ya, dalam hitungan hari, sebentar lagi kita akan memasuki tanggal keramat di awal tahun. 1 Januari bro! Tanggal yang memaksa kita mencampakkan kalender lama yang lecek bin dekil of the kumel dengan semua kenangan yang tersimpan di setiap tanggalnya. Posisinya kudu digantikan oleh almanak baru yang siap merekam setiap peristiwa dalam keseharian kita. Ibarat pepatah, “Habis tanggal, kalender dipenggal” Kejam nggak sih?

Nggak cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu diwarnai berbagai tradisi. Di stasiun tv, ada tayangan kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang akan ditinggalkan. Dukun dan paranormal/tidaknormal banyak disantroni untuk dapetin ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap melaunching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun mendatang.

Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan (jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya nggak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan kalender gratisan. Dari tukang bakso sampe supir angkot, sempet-sempetnya pake ditagihin kalender. Malahan, yang biasanya beli kopi sebungkus di warung depan rumah, bela-belain pergi ke toko kopi di pasar biar dapet kalender. Jalan kaki lagi. Idih, ini sih tipe remaja hemat setiap saat. He5..

Tapi semuanya kalah prestise dibanding tradisi perayaan tahun baru. Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh! Buat remaja, terasa garing binti kering-kerontang kalo malam tahun baru kagak pake acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil bakar petasan dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang, plus ngedarin ‘kotak infak’ dari gelas plastik (ini konvoi apa ngamen seh?).

Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis, games, semuanya digelar hingga larut malam. Puncak kemeriahan terjadi pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru) Lima... empat... tiga... dua... satu... toooeet!!!

Tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, cipika-cipiki dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar.






..... Baca Selengkapnya

Tradisi Perayaan Tahun Baru Masehi

Ternyata perayaan tahun baru nggak cuma sebatas merengkuh kebersamaan aja lho. Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap dewa. Nah lho!

Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara si “Toloy Bocah Sakti” Ronaldo.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Masa’ sih? Ah...namanya juga takhayul!


..... Baca Selengkapnya

Sejarah Tahun Masehi

Ini dia, harus disimak baik-baik!! Di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk ngerayain tahun baru, kita justru sedih. Nah, kuq sedih?? Sedih karena banyak di antara kita, nggak ngeh kalo perayaan tahun baru merupakan bagian dari hari suci umat Kristen. Seperti yang tercantum dalam pernyataan dari kedubes AS perihal sejarah dan perayaan tahun baru.

Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi. Gitchu ceritanya!

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tanggal 1 Januari dirayakan sebagai hari tahun baru. Tepatnya tanggal 1 Januari tahun 45 Sebelum Masehi (SM). Tak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, dia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Aleksandria, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. (www.irib.ir)

Sementara kalender sekarang yang banyak dicari di akhir tahun adalah Kalender Gregorian atau kalender Masehi. Kalender ini yang dinobatkan sebagai standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini dipakai untuk menentukan jadual kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan. Termasuk untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia. (www.babadbali.com)

Nah, sekarang kita tahu dong kalau perayaan pergantian tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang kafir. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, populer, tren, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Hati-hati ya... Waspadalah..!!!

Sialnya, banyak dari kita yang nggak menyadari serangan budaya ini. Terlena oleh acara malam tahun baru yang dikemas secara apik dan menarik. Tahu dong, konsekuensinya kalo Allah menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang kafir. Kita bakal kekal ‘nginep’ di neraka. Iih, nggak lah yauw..!

Trus gimana dong?

Pertama, kita nggak perlu malu bin segan untuk menolak ajakan teman untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di hadapan temen-temen boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena ‘beda’. Tapi di hadapan Allah, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga. Amiin.

Kedua, kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu. Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.

Kesempatan yang Allah berikan nggak akan datang dua kali. Waktu yang telah kita lewati nggak akan bisa diputar ulang. Tapi akan terus ngotot lari dan pergi.

Kita perlu sadari bahwa kita nggak akan selamanya muda. Jika usia kita panjang, mau nggak mau, waktu bakal nganterin kita memasuki kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura bin pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan, pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah. Walah!

Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi

Karena itu, mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak


..... Baca Selengkapnya

Mengapa Anak Vs Orang Tua

Dalam hidup, hubungan antarpersonal tak selalu berjalan mulus-mulus saja.

Pertengkaran adalah bunga kehidupan, begitu kata klasiknya. Ini terjadi juga pada hubungan orang tua dengan anak. Sesayang apa pun orang tua pernah juga tak sependapat dengan anaknya. Sesayang apa pun anak, pasti pernah berbeda pendapat dengan orang tuanya.


Orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak. Anak juga mempunyai kewajiban terhadap orang tua. Namun, selama kedua belah pihak masih bernama manusia, yang merupakan tempat salah dan lupa, konflik pun masih berpotensi untuk terjadi.

Tugas Orang Tua

Anak sebenarnya merupakan titipan dari Allah. Anak merupakan sebuah amanah. Amanah ini bukanlah sesuatu yang enteng lagi remeh. Orang tua mempunyai kewajiban terhadap amanah ini. Orang tua mempunyai tugas mendidik anak dengan pendidikan yang benar sehingga anak tersebut selamat dunia dan akhirat.

Masa Pancaroba

Manusia adalah makhluk tang tumbuh berkembang dengan penuh fenomena. Seorang anak tak selamanya menjadi kecil. Lama kelamaan ia akan tumbuh menjadi remaja.

Pubertas bisa dianggap sebagai awal masa remaja, walaupun tak selamanya tepat. Pubertas yang pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan pada perempuan dengan haidh pertama lebih dipakai sebagai istilah dalam perkembangan bioseksual manusia.

Masa remaja dalam ilmu biologi atau dunia kedokteran lebih dikenal dengan istilah adolesen. Secara bahasa, adolesen berarti menjadi dewasa adau dalam perkembangan menjadi dewasa. Sebagian ahli mengkategorikan umur 13-18 tahun sebagai masa remaja untuk anak putri. Sedangkan untuk anak putra, masa remaja antara umur 14-18 tahun.

Pada masa inilah perubahan-perubahan banyak terjadi. Tak hanya perubahan seksual dan fisik. Emosi pun mengalami perubahan. Karena itulah, masa remaja disebut juga sebagai masa pancaroba atau strum and drang alias masa badai dan topan. Istilah ini menggambarkan keadaan emosi remaja yang tak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak.

Ketidakstabilan emosi ini sering terlontarkan dalam wujud lekas marah, suka menyendiri, dan sikap gelisah. Ketidakstabilan emosi ini pula yang sering mengambil tempat dalam konflik dengan orang tua.

Faktor yang Mempengaruhi Emosi

Mengapa kepekaan emosi remaja bisa meningkat?? Dalam ilmu biologi dan kedokteran, mungkin kita pernah mengenal istilah endokrin. Perubahan sistem endokrin dalam tubuh manusia tidak hanya berpengaruh dalam perubahan fisik. Perubahan endokrin ini juga menimbulkan ganggan homostatis badan sehingga emsoi sulit dikontrol.

Faktor lingkungan sosial juga sangat mempengaruhi. Saat remaja, seorang akan mengalami perubahan fisik. Tubuhnya akan tampak besar, namun psikisnya belumlah memadai. Kadang, lingkungan mengharapkan tingkah laku yang dewasa dari remaja hanya karena melihat fisik anak yang besar. Padahal, psikisnya belumlah dewasa. Ini merupakan tekanan terhadap para remaja hingga menyebabkan emosinya tegang.

Belum lagi adanya penyesuaian pergaulan dengan jenis kelamin lain. Dengan adanya perubahan bioseksual, ketertarikan terhadap lawan jenis pun berubah sifatnya.


..... Baca Selengkapnya

Memang Demikian

Dua ‘tugas’ perkembangan sosial remaja yang terpenting adalah memperluas kontak sosial dan menjawab pertanyaan tentang jati diri remaja (Who am I ??, Siapa Saya??). dua tugas ini saling berhubungan dan keduanya mengakibatkan renggangnya hubungan remaja dengan orang tua.

Dua macam tindakan yang sangat mencolok pada masa remaja dibandingkan periode perkembangan lain adalah memisahkan diri dari orang tua dan mendekati teman-teman sebaya. Ini adalah perwujudan dari tugas memperluas kontak sosial. Apa yang sebenarnya dilakukan remaja saat mendekati teman sebaya?? Tindakan ini berperan untuk membagi perasaan dan menenangkan emosinya.

Tindakan menjauh dari orang tua dan mendekati teman sebaya juga merupakan suatu proses untuk mencapai identitas ego, alias kendali diri. Ini berhubungan dengan pencarian jati diri.

Kadang oerang tua tidak memahami dua tugas ini. Remaja kadang masih dianggap seperti anak kecil. Setiap gerak-gerik diawasi, setiap tindakan diamati. Kedua oarang tua masih melihat remaja belum cukup dewasa sehingga belum bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Remaja tidak diberi waktu untuk mempunyai inisiatif sendiri, padahal mencari jati dirinya merupakan tugasnya saat itu.

Wujudnya, ortu pun mengatur dan menuntut anak-anak harus sama dengan mereka; cara pandangnya, status sosialnya, pekerjaannya, de el el. Dalam sikap yang seperti ini, seringkali ortu hanya menuntut begini begitu saja. Anak yang sudah remaja tidak diajak berdiskusi. Tentu hal ini menambah beban pikiran remaja dan memendekkan sumbu bom emosi mereka.

Contohnya, hanya gara-gara sang ayah menjadi pejabat, maka ia pun menuntut anaknya juga harus seperti dirinya. Padahal mungkin anaknya tidak suka sama sekali terhadap jabatan, aau punya keinginan di bidang lain. Bisa terjadi juga, ortu dulunya punya obsesi yang tidak kesampaian sehingga si anak dituntut untuk menjadi seperti apa yang diidamkannya dahulu padahal anak tersebut merasa tidak cocok dengan keinginan ortunya.

Tindakan menjauh dari orang tua sering dikhawatirkan berlebihan, walaupun rasa khawatir ini ada dasarnya juga.

Solusi

Sebagai remaja, kita harus sadar bahwa kita punya kewajiban untuk berbakti kepada orang tua. Ingat, berbakti kepada kedua orang tua menduduki peringkat kedua setelah mengesakan Allah. Ingat pula bahwa jika orang tua sampai marah, masalahnya bisa tambah runyam, karena ridho Allah berada pada orang tua dan murka Allah berada pada kemarahan orang tua.

Sebagai anak, kitalah yang seharusnya mendahului untuk mengajak berbicara terus terang kepada oarng tua, apa pun masalah yang selama ini mengganjal. Jangan gengsi mengajak bicara orang tua, apalagi sampai menuntut mereka yang harus tahu tentang diri kita dengan sendirinya. Panjatkan doa pula agar hubungan kita dengan orang tua baik-baik saja.

..... Baca Selengkapnya

Kita lahir karena “cintanya”

Suatu saat nanti, kita akan tahu sendiri betapa bahagianya punya anak. Ortu kita juga demikian, rasa cinta mereka bersatu dalam ikatan pernikahan, lalu lahirlah kita. Sebab rasa cinta adalah perwujudan dari naluri mempertahankan jenis. Buktinya apa? Banyak pasangan yang sudah lama menikah, merasa gelisah bila belum punya anak. Berarti di sini jelas, bahwa cinta berbeda dengan seks dalam pengertian hubungan biologis semata.

Setelah kita lahir, tanggung jawab ortu bertambah, yakni merawat dan membesarkan kita. Dan itu dijalaninya dengan rasa cinta dan sayangnya yang menggunung. Ayah kita rela berpanas-panas dan basah kuyup mencari uang untuk beli susu dan makanan kita. Adakalanya bagi para ayah yang kebetulan kondisi ekonominya termasuk golongan “alit” alias pas-pasan, mereka mencari nafkah harus dengan mengeluarkan keringat, dan bahkan juga darah. Kita bisa lihat bagaimana para buruh kasar di pabrik, pasar, dan juga pelabuhan. Apa yang bisa kamu bayangkan saat melihat mereka tengah berjuang? Ya, itu bagian dari tanggung jawabnya. Dan jangan lupa, juga bagian dari rasa cinta mereka untuk anak dan istrinya.

Pernahkah kita mengukur rasa cinta kita kepada ortu? Seberapa besar sih rasa cinta kita kepada ortu? Sebab, ada kalanya kita suka itung-itungan dengan ortu kita. Bener nggak? Misalnya, kalo kita udah jagain adik, kita suka minta jatah es krim sepulang ibu dari pasar. Apalagi yang berkaitan dengan pekerjaan beres-beres rumah, ujungnya kita suka minta imbalan uang atau barang lainnya. Malah ada juga di antara teman remaja yang masang “tarif” duluan sebelum bekerja. Kita bersedia melakukan pekerjaan itu, tapi ada syaratnya: ada uang jajannya sebagai “sogokan”. Kalo nggak, kagak pake deh! Walah?

Ada cerita menarik yang berhubungan dengan tema ini.

Dikisahkan ada seorang anak yang menyodorkan selembar kertas berisi tulisan semacam tagihan kepada ibu. Isinya: Memotong rumput 5 dollar, membersihkan kamar 1 dollar, pergi ke toko menggantikan ibu 0.5 dollar, menjaga adik waktu ibunya belanja 0.25 dollar, membuang sampah 1 dollar, untuk rapor yang bagus 5 dollar, dan untuk membersihkan dan menyapu halaman 2.99 dollar. Total utang ibu kepadaku: 14.75 dollar.

Si ibu menatap anaknya lekat-lekat, lalu mengambil ballpoin, dan kemudian menulis di balik kertas tersebut. Isinya begini: Untuk sembilan bulan ketika Ibu mengandung kamu selama tumbuh dalam perut Ibu, Gratis. Untuk semua malam ketika Ibu menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis. Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis. Kalau dijumlahkan semua, harga cinta Ibu adalah Gratis. Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis. Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Ibu adalah Gratis.

Setelah itu, si anak berkata kepada ibunya, “Bu, aku sayang sekali sama Ibu.” Dan kemudian si anak mengambil ballpoin dan menuliskan dengan huruf besar: “LUNAS”

Nah, ini sekadar contoh saja, betapa kita kadangkala suka itungan sama ortu kita. Kita mogok melakukan perintahnya, hanya karena uang jajan belum masuk kantong kita.

..... Baca Selengkapnya

Biar Orang Tua Percaya

Apa hubungan kedewasaan dengan Orang Tua? Jawabnya adalah, banyak. Seorang anak bisa menjadi dewasa, diakui atau tidak, karena adanya peran orang tua. Tanpa andil orang tua, sangat mungkin seseorang tak akan mampu survive mencapai usia dewasa. Manusia juga mengenal ligkungan pertamanya dari orang tua sehingga pertumbuhannya di kehidupan dunia sangat dipengaruhi campur tangan orang tuanya.

Orang tua juga yang mendidik, membimbing, dan menjagaseorang anak hingga beranjak menjadi dewasa. Terlalu besar jasa orang tua pada anak, sehingga sangat wajar kalau kita disuruh berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Proses kedewasaan seseorang jelas tak lepas dari peran orang tua, namun ternyata setelah seseorang merasa dewasa seringkali ia melupakan orang tuanya. Atau tak jarang terjadi, masa kedewasaan menjadi pemicu munculnya konflik serius antara anak dengan orang tua.

Sang anak menganggap bahwa ia sudah dewasa,



lebih berhak mempunyai pemikiran tersendiri tak perlu lagi bersentuhan dengan pemikiran orang tua. Mungkin juga sang anak menganggap pemikiran orang tua kolot, tak cocok diterapkan di jaman sekerang.
Anak pun tidak lagi mampu bersikap mesra dengan orang tua. Di sisi lain, orang tua menganggap bahwa kedewasaan anaknya masih terlalu 'hijau' dan belum bisa dianggap dewasa sebenarnya. Bukan salah orang tua seluruhnya, karena seorang anak yang menganggap dirinya telah dewasa ternyata banyak yang masih bersikap tak dewasa. Bagaimana mungkin orang tua akan percaya? Konflik antara orang tua dengan anak yang
menanjak dewasa bukan suatu hal yang mustahil ditemukan dalam hidup keseharian. Bahkan mungkin kita termasuk yang mengalaminya.

..... Baca Selengkapnya

Kuat dan Kuat

Lebih kuat banyak manfaat. Sebenarnya memang begitu. Jika kekuatan tiu dimanfaatkan dalam kebaikan dan membantu yang lemah. Namun fenomena yang ada di sekitar kita sekarang adalah, orang yang kuat malahan menindas yang lemah. Pada kondisi yang demikian tentu saja tidak bisa kita katakan bahwa kekuatan memberikan manfaat. Namun sebaliknya. Orang sekarang juga berlomba-lomba untuk mengumpulkan kekuatan dalam rangka kuat-kuatan. Menggentarkan orang lain yang tak setuju dengan dirinya dan pemikirannya. Yang kuat itulah yang menang, begitu kata sebagian orang.

Kita tidak mau dengan kekuatan yang seperti itu. Kuat fisik, pemikiran, harta dan kedudukan hanya akan bermanfaat jika digunakan di sisi ketakwaan. Dalam bingkai ketakwaan, kekuatan benar-benar akan membawa rahmat.

Terinspirasi dari



sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Ada poin menarik yang patut diburu oleh seorang muslim yaitu cinta Allah. Bila kecintaan Allah itu ada pada yang kuat, lantas kenapa kita tak berupaya untuk menjadi yang kuat itu.

..... Baca Selengkapnya

Malu...

MALU??


Malu?? Kalo dulu diidentikkan dengan para gadis.

Apalagi yang sedang dipingit, menunggu



Itu dulu, zaman bapak atau bahkan kakek kita. Sekarang sudah lain. Malu sudah bukan zamannya, begitu kata orang. Sebagian gadis juga tak selalu identik dengan rasa malu. Bahkan kadang-kadang, ada pria yang lebih pemalu dibandingkan yang gadis. Tentu ini tak berlaku pada semua wanita. Semoga masih lebih banyak yang punya rasa malu tinggi dibanding yang tidak.

Rasa malu yang benar akan mencegah pemiliknya dari berbuat kurang sopan, tidak sopan apalagi kemaksiatan. Orang yang berhasil memenej rasa malunya dengan baik pasti akan lebih terhormat, meski mungkin orang tersebut tak berharta atau bertahta. Sebaliknya, orang yang gagal mengatur rasa malunya pasti jatuh kedudukannya di hadapan manusia. Setinggi apapun pangkat dan sebanyak apapun hartanya.

Rasa malu juga mengambil posisi strategis dalam hubungan antara sorang hamba dengan Rabbnya. Bayangkan saja, seseorang hendak berbuat maksiat ia malu pada Allah hingga mengurungkan perbuatannya tersebut. Seorang akan tercegah dari berbuat lalim, khianat, bohong, curang, riya, ghibah, dan berbagai maksiat karena rasa malu kepada Allah.

Demikian pula,


setiap orang dengan profesi yang berbeda akan berbuat sesuatu dengan jujur dan amanah karena malu kepada Allah. Ya, rasa malu yang benar akan melahirkan sebuah sebuah masyarakat yang teratur, sadar terhadap hukum Allah dan taat di dalam setiap medan penghidupan. Tentu saja, malu yang begini tak pernah kadaluarsa di setiap masa dan tempat manapun. Manusia akan sadar dengan posisinya sebagai hamba dan tak lagi malas-malasan beribadah kepada Rabbnya. Allah selalu mengawasi dan melihat perbuatan hamba. Di saat ogah-ogahan beribadah, dan cenderung berbuat maksiat coba tanyakan pada diri sendiri, "Tidak malukah Aku??".

..... Baca Selengkapnya

Kata Bijak Hari Ini...

"Akal itu tak lebih daripada alat untuk mencari kebenaran"

..:: Sebelum Meninggalkan Web Ini Diharapkan Untuk Mengucapkan Salam ::..

Rhois Tekkom IPB 44 Add to Technorati Favorites