..:: Welcome...Huanying Guanglin...Hwangyong-hamnida... Assalamualaikum...Selamat Datang di Web Pertama Q, Silakan Jelajahi Web Ini dan Jangan Lupa Untuk Membaca Bismillah::..

Dicari: Pemimpin Sejati!

Rame-rame soal pemimpin masa depan negeri ini kayaknya udah jadi bahan perbincangan kita-kita juga deh. Obrolan seputar calon presiden mendadak jadi menu sehari-hari kita. Soalnya pemilu dan pemilihan presiden langsung udah diambang pintu. Itu sebabnya nggak heran dong kalo sampe dibahas di media cetak maupun elektronik.

Sebagai remaja, mau nggak mau kita juga kudu ngeh yang satu ini. Emang sih itu udah wilayahnya politik. Tapi apa kita salah ngomong politik? Remaja juga kudu sadar politik dong. Biar kita bisa tahu masalah apa saja yang sedang dihadapi masyarakat kita. Kalau kamu nongkrongnya di MTV doang, maka kamu cuma ngeh kehidupan selebriti. Itu pun sebatas musik dan lagu. Paling banter soal gaya hidupnya. Padahal, masalah kita nggak cuma kudu ngeh soal itu, tapi seluruh persoalan kehidupan lengkap dengan jawabannya.

Any way busway, ngomongin calon pemimpin masa depan negeri ini nggak lepas dari yang namanya intrik politik. Wuih.. dalem banget dah! Bahkan sebetulnya dalam sistem kehidupan yang ada sekarang, lebih mengarah kepada pertarungan memperebutkan kekuasaan untuk mempertahankan kepentingan individu dan gengnya. Itu pun always berbalut niatan dapetin yang namanya duit. Maklumlah, siapa sih yang nggak nelen ludah kalo bicara urusan tahta dan harta.

Kalau pun ada yang punya niat agak mendingan seperti yang diusung partai politik yang mengaku berbasis Islam, tapi itu juga kalah bersaing. Bahkan ikut-ikutan tenggelam dalam hiruk-pikuk politik ‘tak bermoral’ yang jadi trademark negara-negara yang mengamalkan kapitalisme. Jadinya, wes ewes ewes bablas cita-citane!


Punya pemimpin yang oke segala-galanya emang udah jadi impian kita selama ini. Sebagai remaja yang peduli terhadap masa depan umat, punya harapan seperti ini tentunya wajar dan bahkan kudu. Kita udah capek banget dengan kondisi kehidupan sekarang. Suer, kriminalitas makin marak, kasus kejahatan seksual juga makin menumpuk nggak bisa diselesaikan, ekonomi awut-awutan, urusan politik udah kayak benang kusut. Pokoknya, lengkap sudah penderitaan kita. Bahkan mungkin sepertinya bakalan langgeng. Weleh-weleh…

Tapi, selesaikah persoalan dan langsung dapet jawaban kalo kita punya pemimpin yang baik dan oke segalanya? Cukupkah perjuangan kita sebatas ikutan polling rame-rame via SMS atau website untuk milih partai dan calon presiden yang disukai, sekaligus diharapkan jadi kebanggaan kita? Jalan masih panjang bung. Bahkan kita harusnya mikirin juga akar masalah yang mendera negeri ini.

Hadirnya pemimpin yang baik emang salah satu upaya kita menyelesaikan masalah. Tapi masalah utamanya adalah seberapa pantas sistem kapitalisme ini mengatur kehidupan sebuah masyarakat dan negara? Ehm, sayangnya kita kudu bilang bahwa sistem buatan manusia ini udah nggak laku lagi. Buktinya nggak becus ngurus kehidupan. Tengok deh, di negeri ini aja sejak pemimpin yang pertama sampe yang sekarang, selalu kolaps dengan sukses! Jadinya, buat apa dipake terus kalo udah terbukti USG alias Usahanya Selalu Gagal. Selama sistem kapitalisme dengan demokrasinya masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, maka hadirnya pemimpin sejati cuma mimpi kali yee…


..... Baca Selengkapnya

Hiruk-pikuk kampanye Pemilu

Masa kampanye menjadi saat yang paling dinanti oleh masyarakat. Di sinilah tempatnya untuk ngasih dukungan kepada para kontestan pemilu. Sekaligus ajang yang pas buat nyari kaos atau souvenir gratisan. Asyiknya lagi, banyak calon wakil rakyat yang tiba-tiba jadi dermawan. Mereka rela merogoh kocek buat rehab mushola, bantuan sembako, sampe biaya bangun TPS demi menjaring simpati masya-rakat. Para peserta pemilu juga gencar bikin acara bakti sosial, panggung musik, tempel stiker, pasang spanduk sampe konvoi kenda-raan bermotor. Pokoknya meriah euy!
Biar kampanye sukses, pasti yang satu ini nggak boleh ketinggalan dan kudu ngalir deras. Yup, apa lagi kalo bukan: duit! Benda ini memang ajaib. Bisa masang spanduk, nempelin poster, diriin warung, bikin souvenir sampe pengerahan massa. Makanya nggak heran kalo tim sukses kontestan pilpres getol berekspedisi mencari penampakkannya.
Kalo menurut UU Pilpres, dana kampanye Pilpres berasal dari 3 sumber yaitu dari capres sendiri, dari parpol yang mencalonkan dan dari pihak lain yang tidak mengikat seperti perseorangan dan badan usaha. Dari semua sumber, kayaknya aliran dana dari pihak ketiga yang mendominasi. Malah bisa meli-batkan pihak asing. Nah lho?
Biasanya aliran dana asing itu berasal dari pengusaha-pengusaha Cina, AS, dan Eropa yang punya kepentingan bisnis di Indonesia. Mereka ini sangat menginginkan pemimpin Indonesia yang bisa menstabilkan kondisi ekonomi dan keamanan di dalam negeri, untuk mengamankan bisnis mereka di Indonesia.
Masa kampanye pemilu pun nggak luput dari pelanggaran. Ini yang bikin KPU pusing tujuh keliling lapangan senayan. Dalam pilkada saja, banyak sekali pelanggaran-pelanggaran pemilu yang dilakukan. Mulai dari pelanggaran saat kampanye, pelanggaran administrasi, sampai pelanggaran pidana terjadi.
Nggak ketinggalan, janji-janji surga dari para kontestan pun mewarnai masa kampanye. Mewujudkan cita-cita reformasi, penyediaan lapangan kerja, meminimalisasi biaya pendidikan, pemberantasan KKN, peningkatan taraf ekonomi, sampai upaya pengentasan kemiskinan begitu laku ‘dijual’ oleh para jurkam (juru kampanye lho bukan juragan kambing!).
Pemilu dan perubahan sudah dinobatkan jadi dua sejoli dalam pemerintahan demokrasi. Nggak ada perubahan formasi para pejabat pemerintahan tanpa melalui proses pemilihan wakil rakyat ini. Baik anggota dewan, presiden, wakilnya, maupun susunan kabinet. Melalui pemilu, diharapkan para new comer emang orang yang dikehendaki oleh rakyat. Biar mampu menyalurkan aspirasi rakyat dan nggak lupa memperjuangkan hak-hak rakyat yang terkikis oleh para kapitalis. Sesuai mottonya, “dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.”

Sayangnya, motto pemerintahan rakyat itu sering nggak muncul dalam pemerintahan pascapemilu. Para kapitalis yang ikut ‘patungan’ untuk membiayai kampanye bakal minta bagian. Dari jatah jabatan pemerintah yang strategis, kewenangan mengelola sumber daya alam, hingga kekebalan hukum atas bisnis yang mereka jalankan. Para wakil rakyat pun akan mendapat banyak ‘rezeki nomplok’ dari para kapitalis itu agar kebijakan pemerintah yang dikeluarkan berpihak padanya. Sementara kewajiban mengurusi rakyat yang ada di pundak anggota dewan cuma masuk daftar tunggu prioritas. Makanya pas banget kalo kita bilang motto itu diubah menjadi “dari rakyat kecil (masyarakat) oleh rakyat menengah (para wakil rakyat) dan untuk rakyat besar (para konglomerat)”.
Pelaksanaan pemilu dalam bingkai demokrasi di setiap, semata-mata untuk melanggengkan sistem sekular itu. Buktinya, parpol pemenang pemilu atau wakil rakyat yang terpilih nggak boleh ngotak-ngatik falsafah negara dan UUD yang menjadi asas negara. Apalagi sampe menggantinya dengan aturan yang nggak sekular. Bisa berabe urusannya. Karena bertentangan dengan UU pemilu dan UU parpol yang udah disahkan. Karena itu, kita nggak akan pernah menjumpai perbaikan kondisi di bawah bendera demokrasi. Percaya deh! Percayalah...

..... Baca Selengkapnya

Jeritan Palestina

Bayangkan jika kamu punya segudang harapan, tapi tiba-tiba harapan itu buyar dan lenyap entah kemana. Atau kamu punya impian yang begitu indah, tapi kemudian tak pernah menjadi kenyataan. Menyakitkan bukan? Nah, realitas seperti inilah yang kini harus diterima anak-anak Palestina. Betapa pun getirnya kenyataan itu, toh akhirnya memang harus ditelan. Karena hidup memang tak selamanya bisa memilih.

Ratusan orang harus meregang nyawa ditembus peluru serdadu Yahudi Israel pada saat terjadi bentrokan berdarah antara polisi Israel dan warga muslim Palestina di Jalur Gaza. Dan kalo kamu rajin baca berita atau nonton siaran berita pasti bisa mendapatkan foto ‘ekslusif’ yang menjelaskan bagaimana biadabnya serdadu Israel ketika membantai Palestina.

Puluhan bahkan ratusan orang harus rela kehilangan masa depan. Berjuta impian yang sudah dirajut harus punah dalam sekejap. Beribu harapan sirna dalam hitungan detik. Ya, itu adalah kenyataan yang memang pahit dan getir. Ini akan terus terjadi dan bakal terulang bila ummat Islam cuma diam atau paling banter cuma mengutuk, tapi tindakan nyata kita tak pernah ada. Jelas, itu akan membuat orang-orang Israel besar kepala, dan akan merasa enteng melenyapkan nyawa orang-orang Palestina. Stasiun Televisi Lokal melaporkan, sampai saat ini sudah 400 orang lebih tewas dan ratusan bahkan ribuan lainya luka-luka. Kawan, itu saudara-saudara kita. Masihkah kita cuek alias nggak peduli dengan nasib saudara kita di sana? Ya, Palestina kembali membara kawan. Nah, sekarang kita bakal diajak untuk mengasah kesadaran politik sekaligus kepedulian kita terhadap nasib saudara kita di kawasan Timur Tengah itu.

..... Baca Selengkapnya

Palestina Tanah Kita

Khalifah Abdul Hamid II berkomentar dengan tegas, tatkala Theodore Hertzl (penggagas gerakan Zionis) meminta tanah Palestina di tahun 1897, “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” Mendengar komentar seperti ini karuan saja Hertzl murka. Bahkan lantaran komentar ini pula, ia kemudian melakukan persekongkolan untuk memecat Abdul Hamid II dari jabatan Khalifah.

Tentang Palestina ini, sebetulnya sudah dilindungi pula dengan sebuah perjanjian di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu Khalifah Umar membuat perjanjian yang terkenal dengan nama Al Ihdat Al ‘Umariyyah (perjanjian Umar), yang berbunyi, “...atas nama Islam dan kaum Muslim. Isinya antara lain, ‘Tidak boleh seorang Yahudi pun tinggal bersama kaum muslimin di Baitul Maqdis.” (Ibnu Jarir Ath Thabari, Tarikhul Umam wal Muluk, pada judul “Iftitah Baitul Maqdis”, Penaklukan Baitul Maqdis).

Setelah Khilafah Islamiyyah (pemerintahan Islam) runtuh orang-orang Yahudi seperti menuntut balas. Maka dalam kondisi kaum muslim yang lemah mereka berusaha mencari dukungan Amerika dan PBB untuk mendirikan negara Israel Raya. Kamu bisa simak bagaimana para kekentong alias pentolan Yahudi ‘bersuara’ untuk mengesahkan tindakan brutal mereka dalam merampok tanah Palestina. “Negeri ini berdiri semata-mata akibat janji Tuhan sendiri. Oleh karena itu, meminta pengakuan atas keabsahannya tentulah tindakan yang menggelikan,” teriak Golda Meir, PM wanita Israel pertama dengan sewotnya. “Negeri ini telah dijanjikan kepada kita dan karena itu berhak sepenuhnya atas tanah itu,” ujar Menachem Begin. Orang inilah yang berhasil menggiring Presiden Anwar Sadat ke meja perundingan Camp David yang direkayasa oleh Amerika dan Israel sendiri.

Seperti satu suara dengan teman-temannya, Moshe Dayan, jenderal Israel yang terkenal keji dan selalu menutup sebelah matanya berkomentar tak kalah menyakitkan, “Jika terdapat buku injili, serta bangsa injili, maka haruslah ada pula negeri injili,” Dan ada satu lagi pernyataan yang bikin ‘gerah’ kita, “Negeri ini merupakan rumah historis bangsa Yahudi,” demikian pernyataan dalam memorandum organisasi Zionis tahun 1919. Wah, keterluan sekali “bangsa kera” itu, ya? Ya, memang kurang ajar!

Tapi benarkah alasan mereka itu? Ternyata bohong besar. Suer, kamu perlu tahu pernyataan yang dilontarkan oleh Dr. Roger Geraudy, seorang intelektual Nasrani asal Perancis yang kemudian masuk Islam, “Ia sama sekali tidak mempunyai keabsahan, baik secara historis, injili, maupun yuridis untuk berdiri di tempat yang ia tegakkan sekarang ini,” tegasnya dalam buku yang ditulisnya, The Case of Israel a Study of Political Zionism.

Jadi dengan demikian memang tanah Palestina itu adalah milik kita, bukan milik “bangsa kera” itu. Setiap jengkal dari tanah milik kaum muslimin tidak boleh dikuasi oleh orang-orang kafir. Nekat menjarahnya berarti urusannya darah.

Maka solusinya adalah seperti yang dilontarkan oleh salah seorang bocah palestina. Apa itu? “Angkat senjata dan basmi orang-orang Yahudi Israel terkutuk itu!” Memang hanya itu satu-satunya jalan, nggak ada jalan lain. Jangan memaksakan berdamai, toh perundingan damai cuma buang waktu saja.

..... Baca Selengkapnya

Bagaimana dengan Kita?


Ya, itu masalahnya. Kita dan orang-orang Palestina memang dipisahkan oleh ruang dan waktu. Antara kita dengan orang-orang Palestina terbentang lautan dan daratan yang luas sekali. Tapi, sebetulnya kita punya rasa, kita punya cinta, dan kita punya luka yang sama dengan mereka.

Teman, mereka siap menggelorakan semangat jihad untuk mengusir serdadu Israel yang telah merampok tanah mereka. Kita jangan cuek menyaksikan kejadian ini.

Coba, ketika orang-orang Palestina meregang nyawa ditembus peluru, kira-kira kita sedang ngapain. Main basket? Atau tidur nyenyak? Atau malah sedang tawuran dengan teman sekolah lain? Ironi bukan?

Juga, ketika mereka menderita di pengungsian akibat diusir dari negeri mereka sendiri, kita sedang berbuat apa? Main game? Nongkrong-nongkrong? Nonton konser musik? Atau malah sedang asik melahap makanan ‘bule’ di resto kelas wahid dengan harga selangit? Lalu dimana rasa peduli kita terhadap saudara sendiri?

Teman, orang-orang Palestina sudah kenyang dengan segala penderitaan dan kekecewaan akibat ulah orang-orang Yahudi yang menggasak tanah mereka dan mengusirnya bak pesakitan. Sekali lagi itu adalah saudara kita. Saudara yang seharusnya ‘bersatu’ dalam suka dan duka, dalam sedih dan gembira. Masihkah kita mengatakan, bahwa itu adalah orang lain? Tidak kawan, mereka adalah kita. Ya, kita. Bukan siapa-siapa dan bukan orang lain. Kaum muslim di Palestina, Uzbekistan, Tajikistan, Kashmir, Filipina, atau di negeri sendiri; Ambon, Aceh dan yang lainnya, pokoknya seluruh kaum muslimin di penjuru dunia ini adalah saudara kita.

Kita dipersatukan dan dipersaudarakan dengan Islam. Bukan dengan yang lain. Kalau pun sekarang kita nggak merasa bahwa itu saudara kita karena kita menganggap beda daerah, beda bahasa, dan beda negara. Itu adalah kesalahan besar. Ya, salah besar teman! Ternyata ide nasionalisme telah membuat ‘dinding tebal’ di antara kita. Sehingga kita nggak bisa ‘menengok’ saudara kita yang tengah menderita. Kita menjadi orang super cuek alias nggak mau peduli dengan urusan saudara kita sendiri. Tolong, sikap seperti itu jangan dipelihara, itu berbahaya bin gawat. Sekali lagi, kita bersaudara, bahkan seharusnya merasa sakit bila saudara kita disakiti dan merasa senang bila saudara kita berhasil. Sudahkah kita memiliki rasa itu?

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya merasa kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit. Kita bersaudara, teman. Nggak mungkin dong, tangan kiri kita kejepit pintu, eh, tangan kanan malah ‘nyukurin’. Kan aneh ya, nggak? Nah, begitu pun dengan saudara kita di Palestina, mereka lagi menderita, gokil dong kalo kita cuek bahkan nggak mau tahu banget. Itu namanya muslim ‘kurang ajar’. Jangan sampe deh nurani kita begitu bebal. Kita kan bukan batu. Kita manusia yang memiliki perasaan. Rasa cinta, rasa sayang, dan ‘berjuta’ rasa lainnya.

Kita harus peduli dengan nasib saudara kita di belahan bumi manapun termasuk Palestina. Bisa kan? Jadi bagaimana sekarang? Memang solusi untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel adalah dengan mengangkat senjata. Berarti pemecahannya adalah dengan jihad. Kamu perlu tahu, bahwa jihad adalah fardhu ‘ain bagi penduduk yang berada di daerah konflik (Palestina dan sekitarnya), sedangkan bagi yang jauh seperti kita di sini, ‘jatuhnya’ adalah fardhu kifayah (tapi kita harus siaga, siapa tahu orang Yahudi kemudian melipat-gandakan kekuatannya). Jadi langkah praktisnya, kita bisa mengirimkan bantuan baik berupa uang ataupun senjata untuk mereka. Ya, paling minimal banget wujud peduli kita adalah dengan mendoakan mereka supaya tetap kuat melawan orang-orang Yahudi itu.

..... Baca Selengkapnya

Kata Bijak Hari Ini...

"Akal itu tak lebih daripada alat untuk mencari kebenaran"

..:: Sebelum Meninggalkan Web Ini Diharapkan Untuk Mengucapkan Salam ::..

Rhois Tekkom IPB 44 Add to Technorati Favorites