..:: Welcome...Huanying Guanglin...Hwangyong-hamnida... Assalamualaikum...Selamat Datang di Web Pertama Q, Silakan Jelajahi Web Ini dan Jangan Lupa Untuk Membaca Bismillah::..

Palestina Tanah Kita

Khalifah Abdul Hamid II berkomentar dengan tegas, tatkala Theodore Hertzl (penggagas gerakan Zionis) meminta tanah Palestina di tahun 1897, “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” Mendengar komentar seperti ini karuan saja Hertzl murka. Bahkan lantaran komentar ini pula, ia kemudian melakukan persekongkolan untuk memecat Abdul Hamid II dari jabatan Khalifah.

Tentang Palestina ini, sebetulnya sudah dilindungi pula dengan sebuah perjanjian di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu Khalifah Umar membuat perjanjian yang terkenal dengan nama Al Ihdat Al ‘Umariyyah (perjanjian Umar), yang berbunyi, “...atas nama Islam dan kaum Muslim. Isinya antara lain, ‘Tidak boleh seorang Yahudi pun tinggal bersama kaum muslimin di Baitul Maqdis.” (Ibnu Jarir Ath Thabari, Tarikhul Umam wal Muluk, pada judul “Iftitah Baitul Maqdis”, Penaklukan Baitul Maqdis).

Setelah Khilafah Islamiyyah (pemerintahan Islam) runtuh orang-orang Yahudi seperti menuntut balas. Maka dalam kondisi kaum muslim yang lemah mereka berusaha mencari dukungan Amerika dan PBB untuk mendirikan negara Israel Raya. Kamu bisa simak bagaimana para kekentong alias pentolan Yahudi ‘bersuara’ untuk mengesahkan tindakan brutal mereka dalam merampok tanah Palestina. “Negeri ini berdiri semata-mata akibat janji Tuhan sendiri. Oleh karena itu, meminta pengakuan atas keabsahannya tentulah tindakan yang menggelikan,” teriak Golda Meir, PM wanita Israel pertama dengan sewotnya. “Negeri ini telah dijanjikan kepada kita dan karena itu berhak sepenuhnya atas tanah itu,” ujar Menachem Begin. Orang inilah yang berhasil menggiring Presiden Anwar Sadat ke meja perundingan Camp David yang direkayasa oleh Amerika dan Israel sendiri.

Seperti satu suara dengan teman-temannya, Moshe Dayan, jenderal Israel yang terkenal keji dan selalu menutup sebelah matanya berkomentar tak kalah menyakitkan, “Jika terdapat buku injili, serta bangsa injili, maka haruslah ada pula negeri injili,” Dan ada satu lagi pernyataan yang bikin ‘gerah’ kita, “Negeri ini merupakan rumah historis bangsa Yahudi,” demikian pernyataan dalam memorandum organisasi Zionis tahun 1919. Wah, keterluan sekali “bangsa kera” itu, ya? Ya, memang kurang ajar!

Tapi benarkah alasan mereka itu? Ternyata bohong besar. Suer, kamu perlu tahu pernyataan yang dilontarkan oleh Dr. Roger Geraudy, seorang intelektual Nasrani asal Perancis yang kemudian masuk Islam, “Ia sama sekali tidak mempunyai keabsahan, baik secara historis, injili, maupun yuridis untuk berdiri di tempat yang ia tegakkan sekarang ini,” tegasnya dalam buku yang ditulisnya, The Case of Israel a Study of Political Zionism.

Jadi dengan demikian memang tanah Palestina itu adalah milik kita, bukan milik “bangsa kera” itu. Setiap jengkal dari tanah milik kaum muslimin tidak boleh dikuasi oleh orang-orang kafir. Nekat menjarahnya berarti urusannya darah.

Maka solusinya adalah seperti yang dilontarkan oleh salah seorang bocah palestina. Apa itu? “Angkat senjata dan basmi orang-orang Yahudi Israel terkutuk itu!” Memang hanya itu satu-satunya jalan, nggak ada jalan lain. Jangan memaksakan berdamai, toh perundingan damai cuma buang waktu saja.

0 komentar:

Kata Bijak Hari Ini...

"Akal itu tak lebih daripada alat untuk mencari kebenaran"

..:: Sebelum Meninggalkan Web Ini Diharapkan Untuk Mengucapkan Salam ::..

Rhois Tekkom IPB 44 Add to Technorati Favorites