..:: Welcome...Huanying Guanglin...Hwangyong-hamnida... Assalamualaikum...Selamat Datang di Web Pertama Q, Silakan Jelajahi Web Ini dan Jangan Lupa Untuk Membaca Bismillah::..

Karakteristik Pemimpin

Tidak mudah menjadi pemimpin. Juga tidak mudah memilih pemimpin. Ini akan dialami oleh suatu masayarakat yang rusak. Masyarakat yang para pemimpin dan politisinya menjadikan Book of The Prince sebagai kitab suci mereka dan Machiavelli sebagai panutan mereka. Masyarakat yang memberikan kesempatan pada orang-orang bodoh tampil bicara. Agar kita tidak terjatuh pada kondisi buruk, maka perlu dibentuk kesadaran umum (public awaraness) tentang karakteristik pemimpin yang layak mengurus publik. Tulisan ini mencoba memberikan sumbangsih pemikiran untuk itu.


Tanggung Jawab Pemimpin

Kepemimpinan adalah amanat untuk mengurus orang-orang atau rakyat yang dipimpin. Amanat merupakan suatu kewajiban yang mutlak harus dilaksanakan. Karena menyianyiakan amanat termasuk bencana besar dan merupakan kehancuran. Apalagi seorang pemimpin telah mengumbar janji-janji manisnya pada saat masa kampanye. Dan apabila janji-janji itu tidak ditepati, maka itu merupakan suatu yang sangat berat yang harus dipertanggung jawabkan baik di dunia maupun di akhirat kelak nanti. Waspadalah terhadap janji-janji manismu wahai para pengumbar janji…!!!


pemimpin yang layak adalah yang punya dimensi tanggung jawab hingga ke akhirat. Tentu yang dimaksud bukanlah rohaniawan yang tak cakap mengurus dunia. Juga bukan pemimpin sekuler yang tak tahu urusan akhirat. Pemimpin sekuler, yang memisahkkan agama dari urusan dunia atau negara jelas merasa bebas berbuat, karena merasa tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah. Pertanggungjawaban di dunia itu semu belaka, sebab tergantung banyaknya suara dukungan. Pemimpin yang pandai menjaga dukungan mayoritas suara, dia tidak akan pernah ditolak pertanggungjawabannya.


Jika kita sepakat bahwa pemimpin yang layak memimpin manusia adalah pemimpin yang punya rasa tanggung jawab dunia akhirat, maka bagaimana karakteristik pemimpin itu sehingga dia bisa melaksanakan tanggung jawabnya.


Karakteristik Pemimpin

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin




Berkepribadian kuat.

Seorang pemimpin harus kuat, tidak lemah. Orang lemah tidak pantas menjadi pemimpin. Kuat dan lemah yang dimaksud adalah kekuatan kepribadian (syakhshiyyah), yakni pola pikir (aqliyyah) dan pola jiwanya (nafsiyyah). Oleh karena itu, pola pikir seorang pemimpin harus menyatu dengan kepemimpinannya. Dengan itu dia dapat memahami berbagai masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Demikian juga, pola jiwanya juga harus menyatu dengan kepemimpinannya. Dengan itu dia akan menyadari bahwa dia seorang pemimpin, sehingga dia dapat mengendalikan kecenderungan-kecenderungannya sebagai pemimpin


Bertakwa.

Karena kekuatan kepribadian seorang pemimpin sangat berpengaruh pada kepemimpinannya, maka seorang pemimpin harus memiliki kualitas yang mampu menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh buruk. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat takwa pada dirinya, baik secara pribadi, maupun dalam hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya memelihara urusan rakyat. Seorang pemimpin yang bertakwa akan senantiasa menyadari bahwa Allah senantiasa memonitornya (muraqabah) dan dia takut kepada-Nya, sehingga dengan demikian dia akan menjauhkan diri dari sikap sewenang-wenang (zalim) kepada rakyat maupun sikap abai terhadap urusan urusan rakyat.


Belas kasih.

Seorang pemimpin harus punya sifat belas kasih kepada rakyatnya. Ini diwujudkan secara konkrit dengan sikap lembut dan kebijaksanaannya yang tidak menyulitkan rakyatnya


jujur dan penuh perhatian.

Seorang pemimpin haruslah jujur dan penuh perhatian dalam mengurus urusan rakyat sehingga rakyat bisa terpenuhi kebutuhan mereka dan menikmati layanan pemimpinnya.


istiqamah memerintah.

Seorang pemimpin yang jujur memimpin kaum muslimin akan melaksanakan pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah-Nya



Kita berharap lima karakteristik kepemimpinan di atas menjadi kesadaran dan opini umum masayarakat sehingga aspirasi dan kecenderungan rakyat adalah memilih pemimpin yang berkarakter seperti itu..

..... Baca Selengkapnya

Kasih Sayang di Jalan Simpang

Hingar bingar Valentine’s Day sudah mulai nampak. Di sana sini mulai digelar berbgai atribut dan slogan yang menyuarakan hari yang bertajuk kasih sayang tersebut. Banyak di antara kamu yang juga heboh ikutan wara-wiri nyiapin segala hal yang bernuansa merah jambu. Pakaian ke pesta Val Day yang oke punya. Ngedate di tempat nongkrong yang nggak bikin bete. Nggak lupa kado isti­mewa buat yayang tercinta; mulai dari sekadar ngasih coklat sampe ngasih hadiah berupa HP keluaran terbaru (ada nggak ya yang manas-manasin dengan ngasih foto gacoan baru. Walah, itu mah ngajak perang dong). Pokoknya, setiap tanggal 14 Feb­ruari, nyaris seluruh remaja sejagat ngerayain hari “pink” sedunia, yang memang full of love ini.

Di hari itu, seolah semua remaja ber­seru; “Katakan cinta kamu dengan manis dan romantis!” Itu sebabnya, beragam ungkapan rasa cinta bisa diwujudkan. Lewat kata, juga dengan tulisan. Malah ada yang bilang kalo cinta juga bisa dikatakan dengan bunga (apalagi bunga deposito, yang matre mah bakalan ijo tuh matanya). Cinta, ada yang bilang, bisa diung­kapkan dengan puisi. Apalagi puisinya sekeren puisi manis dan romantisnya Romeo untuk merayu Juliet. Kisah cinta ini selalu jadi impian setiap remaja. Maklum, kisah rekaan William Shakespeare ini mampu mengguncang dunia. Banyak orang mengakui bahwa Romeo and Juliet adalah kisah cinta yang paling romantis dalam sejarah peradaban manusia. Sehingga banyak yang pengen ngambil hikmahnya. Kagak tahan bo..!

Nah, saking istimewanya hajatan Valen­tine’s Day, ampir semua stasiun televisi bikin acara yang ada sangkut-pautnya dengan urusan cinta. Saat ini sebagian besar teman remaja merasa bahwa Valentine’s Day adalah hari yang pas buat mencurahkan kasih sayang sama pacarnya. Val Day adalah momen yang tepat untuk ngebuktiin cintanya kepada sang kekasih. Kesetiaan bakalan terukur di hari penuh bahagia itu. Siapa yang peduli sama gandengannya, dialah yang setia setiap saat (Rexona kali…). Pokoknya sehidup semati deh.

Itu sebabnya banyak teman remaja yang udah heboh sejak awal bulan Februari ini. Seperti bakal menyambut tamu agung aja. Nggak rela rasanya kalo hari kasih sayang itu cuma lewat begitu saja tanpa kesan yang mendalam bersama sang idaman hati. Val Day memang jadi ajang paling heboh untuk menunjukkan rasa cinta. Maka jangan heran bin kaget kalo majalah dan tabloid remaja juga ikut berlomba ngasih tips untuk ngedate, untuk pdkt, sampe model kado paling asoy buat si doi. Semua disajikan dengan kemasan istime­wa. Val Day menjelma jadi semacam ritual cinta.

Sebentar…tapi tahukah kamu dengan asul-usul acara Valentine’s Day? Jangan-jangan hajatan rutin tahunan yang digarap remaja kontemporer ini ternyata malah tulalit dengan latar belakang sejarah awal mulanya perayaan ini. Nah lho. Terus ngapain neh kita? Sabar, kamu perlu tahu yang satu ini…


Sekilas Valentine’s Day

Kamu tentunya bakalan kaget en terbengong-bengong kalo ternyata acara Valentine’s Day nggak ada sama sekali dalam ajaran Islam. Suer... Kagak bohong. Ternyata ma­lah kebiasaan para penyembah berhala. Kaum pagan ini, mengadakan ritual penyem­bahan kepada para dewa yang diyakini menjadi sumber kehidupan manusia di muka bumi ini.

Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa awalnya orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka yang jatuh pada tanggal 15 Februari yang diberi nama Lupercalia. Peringa­tan ini adalah seba­gai penghormatan kepada Juno (Tuhan wanita dan perkawinan) serta Pan (Tuhan dari alam ini) seperti apa yang mereka percayai. Acaranya? Laki dan perempuan ber­kumpul, lalu saling memilih pasangan­nya lewat kado yang telah dikumpulkan dan diberi tanda sebelumnya tukar kado. Selanjutnya? Hura-hura sampai pagi!

Seiring dengan berjalannya waktu, pihak gereja yang waktu itu agama Kristen mulai menyebar di Romawi memindahkan upacara peng­hormatan terhadap berhala itu menjadi tanggal 14 Februari. Dan dibelokkan tujuannya, bukan lagi menghormati berhala, tapi meng­hormati seorang pendeta Kristen yang tewas dihukum mati. Konon kabarnya gara-gara ia memasukkan sebuah keluarga Romawi ke dalam agama Kristen. Itu terjadi sekitar tahun 273 Masehi. Nama acaranya pun bukan lagi Luper­calia, tapi Saint Valentine. Dalam perkem­bangannya, peristiwa tersebut lalu dikaitkan dengan gebyar Valentine’s Day.

Jadinya, alih-alih acara itu dirayakan untuk menghormati perjuangan para rahib mereka, tapi udah berubah total menjadi ritual ‘mendewakan’ cinta. Cinta antar lawan jenis. Waduh, sudahlah bukan berasal dari Islam, eh, jadi ajang baku syahwat yang dilarang agama. Weleh-weleh, pastinya kamu yang ikut-ikutan dalam hajatan Valentine’s Day itu ternyata merayakan peringatan yang bukan berasal dari Islam. Nggak tahu, apa nggak mau tahu?

Padahal, Islam udah wanti-wanti lho untuk tidak asal ikut aja segala sesuatu yang kamu belum tahu tentangnya. Makanya kamu nggak boleh latah ikut-ikutan budaya yang bukan berasal dari Islam. Nggak bener dan memang nggak baik. Bahkan kewajiban kamu adalah mengamalkan (ajaran) Islam, bukan ajaran kaum atau peradaban lain. Karena tentu saja, dengan adanya globalisasi ini musuh-musuh Islam sengaja membuat jalan agar kaum muslimin khususnya remaja untuk mengikuti kehendak mereka. Ini jelas sangat berbahaya. Karena bila kita masuk perangkap mereka, alamat hidup kita ancur-ancuran. Nah, termasuk dalam urusan Valentine’s ini. Karena pesta itu adalah bagian dari globalisasi budaya mereka. Ya, itulah gaya hidup mereka yang sengaja disusupkan ke benak kaum muslimin khususnya remaja.

Sekali lagi, pesta Valentine’s adalah bagian dari ekspansi budaya global. Dan sayangnya, pesta itu merupakan rencana jahat mereka untuk menghancurkan kepribadian Islam kita. Jangan salah, lho. Di balik ‘senyum manisnya’ tersimpan kebusukan. Hati-hati... Ingat Pesan Bang Napi.. Waspadalah...Waspadalah...”

..... Baca Selengkapnya

Pemilu; Melanggengkan Demokrasi!

Bagi kamu yang udah usia 17 tahun ke atas, kayaknya tahun ini punya hak untuk milih ya? Ehm, bukan cuma milih calon pasangan hidup, tapi juga milih mereka yang katanya mau memimpin negeri ini. Oke, jangan terburu-buru menggunakan hak pilih, jangan asal pilih, dan yang penting, jangan ikut-ikutan saja. Kudu ngeh segalanya. Setuju? Kudu! Musti! Harus!

Pesta demokrasi lima tahunan ini selalu menyita perhatian kita, selalu bikin was-was kalau suatu saat rusuh, selalu bikin meriah karena kita dapetin jatah dari parpol kontestan Pemilu, dan selalu mengumbar janji tanpa bukti. Suer, kagak bohong. Sumpeh Lo!

Ehm, kalau mau melek sedikit saja, kita bisa temuin tuh banyak para jurkam, alias juru kampanye. Para jurkam sampe berbusa-busa menyampaikan pidatonya. Janji inilah, janji itulah. Pokoknya, bikin janji sebanyak-banyak-nya. Tapi buktinya? “Kau yang berjanji, kau yang mengingkari…” Eh, dangdut banget neh!

Sebagian janjinya memang ditepati, tapi lebih kepada hal-hal teknis. Itu pun sebagai penghibur saja, setelah kemauannya tercapai. Di jaman baheula, jaman kuda masih gigit besi, he5... jamannya penulis kecil duyu, ada partai besar yang berkuasa saat itu. Kalo masuk desa, selalu saja para jurkamnya menjanjikan akan masuk listrik dan jalan akan diaspal untuk desa saya. Tapi ada syaratnya, yakni kudu milih partai tersebut dalam Pemilu. Pamrih banget nggak tuh??

Kontan saja, bagi rakyat jelata yang memang mendambakan semua itu, nggak pikir panjang lagi, apalagi tugasnya gampang banget, cuma nyoblos tanda gambar partai tersebut. Itu sebabnya, ketika di desa itu partai tersebut menang, nggak lama listrik masuk, jalan diaspal. Janjinya ditepati. Harapan para petinggi partai tersebut, lima tahun mendatang tetep bakal dipilih. Langgeng deh jadi penguasa.

Saat ini, haruskah semua ini terjadi lagi? Sayangnya, gejala ke arah sana sejelas siang hari tanpa mendung alias nyata banget. Partai-partai melakukan kampanye simpatik dengan membagi-bagikan sembako, malah ada yang menyediakan pangkas rambut gratis. Tujuan mulianya, untuk menarik calon pemilih berpaling ke partainya. Supaya nanti pas pemilu mencoblos gambar partai dan juga calegnya. Kalo yang nyoblos jumlahnya ribuan, apalagi jutaan, maka itu jelas akan menambah suara dukungan kepada partainya. Sambil berharap dapet suara mayoritas.

Jangan mau ditipu lagi dengan janji-janji manis. Nantikan, bahwa pepatah “habis manis sepah dibuang” akan populer pasca Pemilu. Belive it or Not (Percaya atau tidak), kamu harus percaya. Sudah banyak buktinya. Apa mau dibohongi lagi? Apa rela dikhianati lagi? “Cukup sekali.. aku merasa.. “ eh, kok malah nyanyi dangdut lagi he5...

Mungkin di antara kamu ada yang protes bahwa Pemilu sekarang beda. Apalagi Pemilu sekarang diikuti beberapa partai Islam yang tegas memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam dan syariat Islam. Kasihan dong kalo nggak dipilih, nanti partai sekular yang berkuasa lagi. Gimana tuh?


..... Baca Selengkapnya

Dicari: Pemimpin Sejati!

Rame-rame soal pemimpin masa depan negeri ini kayaknya udah jadi bahan perbincangan kita-kita juga deh. Obrolan seputar calon presiden mendadak jadi menu sehari-hari kita. Soalnya pemilu dan pemilihan presiden langsung udah diambang pintu. Itu sebabnya nggak heran dong kalo sampe dibahas di media cetak maupun elektronik.

Sebagai remaja, mau nggak mau kita juga kudu ngeh yang satu ini. Emang sih itu udah wilayahnya politik. Tapi apa kita salah ngomong politik? Remaja juga kudu sadar politik dong. Biar kita bisa tahu masalah apa saja yang sedang dihadapi masyarakat kita. Kalau kamu nongkrongnya di MTV doang, maka kamu cuma ngeh kehidupan selebriti. Itu pun sebatas musik dan lagu. Paling banter soal gaya hidupnya. Padahal, masalah kita nggak cuma kudu ngeh soal itu, tapi seluruh persoalan kehidupan lengkap dengan jawabannya.

Any way busway, ngomongin calon pemimpin masa depan negeri ini nggak lepas dari yang namanya intrik politik. Wuih.. dalem banget dah! Bahkan sebetulnya dalam sistem kehidupan yang ada sekarang, lebih mengarah kepada pertarungan memperebutkan kekuasaan untuk mempertahankan kepentingan individu dan gengnya. Itu pun always berbalut niatan dapetin yang namanya duit. Maklumlah, siapa sih yang nggak nelen ludah kalo bicara urusan tahta dan harta.

Kalau pun ada yang punya niat agak mendingan seperti yang diusung partai politik yang mengaku berbasis Islam, tapi itu juga kalah bersaing. Bahkan ikut-ikutan tenggelam dalam hiruk-pikuk politik ‘tak bermoral’ yang jadi trademark negara-negara yang mengamalkan kapitalisme. Jadinya, wes ewes ewes bablas cita-citane!


Punya pemimpin yang oke segala-galanya emang udah jadi impian kita selama ini. Sebagai remaja yang peduli terhadap masa depan umat, punya harapan seperti ini tentunya wajar dan bahkan kudu. Kita udah capek banget dengan kondisi kehidupan sekarang. Suer, kriminalitas makin marak, kasus kejahatan seksual juga makin menumpuk nggak bisa diselesaikan, ekonomi awut-awutan, urusan politik udah kayak benang kusut. Pokoknya, lengkap sudah penderitaan kita. Bahkan mungkin sepertinya bakalan langgeng. Weleh-weleh…

Tapi, selesaikah persoalan dan langsung dapet jawaban kalo kita punya pemimpin yang baik dan oke segalanya? Cukupkah perjuangan kita sebatas ikutan polling rame-rame via SMS atau website untuk milih partai dan calon presiden yang disukai, sekaligus diharapkan jadi kebanggaan kita? Jalan masih panjang bung. Bahkan kita harusnya mikirin juga akar masalah yang mendera negeri ini.

Hadirnya pemimpin yang baik emang salah satu upaya kita menyelesaikan masalah. Tapi masalah utamanya adalah seberapa pantas sistem kapitalisme ini mengatur kehidupan sebuah masyarakat dan negara? Ehm, sayangnya kita kudu bilang bahwa sistem buatan manusia ini udah nggak laku lagi. Buktinya nggak becus ngurus kehidupan. Tengok deh, di negeri ini aja sejak pemimpin yang pertama sampe yang sekarang, selalu kolaps dengan sukses! Jadinya, buat apa dipake terus kalo udah terbukti USG alias Usahanya Selalu Gagal. Selama sistem kapitalisme dengan demokrasinya masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, maka hadirnya pemimpin sejati cuma mimpi kali yee…


..... Baca Selengkapnya

Hiruk-pikuk kampanye Pemilu

Masa kampanye menjadi saat yang paling dinanti oleh masyarakat. Di sinilah tempatnya untuk ngasih dukungan kepada para kontestan pemilu. Sekaligus ajang yang pas buat nyari kaos atau souvenir gratisan. Asyiknya lagi, banyak calon wakil rakyat yang tiba-tiba jadi dermawan. Mereka rela merogoh kocek buat rehab mushola, bantuan sembako, sampe biaya bangun TPS demi menjaring simpati masya-rakat. Para peserta pemilu juga gencar bikin acara bakti sosial, panggung musik, tempel stiker, pasang spanduk sampe konvoi kenda-raan bermotor. Pokoknya meriah euy!
Biar kampanye sukses, pasti yang satu ini nggak boleh ketinggalan dan kudu ngalir deras. Yup, apa lagi kalo bukan: duit! Benda ini memang ajaib. Bisa masang spanduk, nempelin poster, diriin warung, bikin souvenir sampe pengerahan massa. Makanya nggak heran kalo tim sukses kontestan pilpres getol berekspedisi mencari penampakkannya.
Kalo menurut UU Pilpres, dana kampanye Pilpres berasal dari 3 sumber yaitu dari capres sendiri, dari parpol yang mencalonkan dan dari pihak lain yang tidak mengikat seperti perseorangan dan badan usaha. Dari semua sumber, kayaknya aliran dana dari pihak ketiga yang mendominasi. Malah bisa meli-batkan pihak asing. Nah lho?
Biasanya aliran dana asing itu berasal dari pengusaha-pengusaha Cina, AS, dan Eropa yang punya kepentingan bisnis di Indonesia. Mereka ini sangat menginginkan pemimpin Indonesia yang bisa menstabilkan kondisi ekonomi dan keamanan di dalam negeri, untuk mengamankan bisnis mereka di Indonesia.
Masa kampanye pemilu pun nggak luput dari pelanggaran. Ini yang bikin KPU pusing tujuh keliling lapangan senayan. Dalam pilkada saja, banyak sekali pelanggaran-pelanggaran pemilu yang dilakukan. Mulai dari pelanggaran saat kampanye, pelanggaran administrasi, sampai pelanggaran pidana terjadi.
Nggak ketinggalan, janji-janji surga dari para kontestan pun mewarnai masa kampanye. Mewujudkan cita-cita reformasi, penyediaan lapangan kerja, meminimalisasi biaya pendidikan, pemberantasan KKN, peningkatan taraf ekonomi, sampai upaya pengentasan kemiskinan begitu laku ‘dijual’ oleh para jurkam (juru kampanye lho bukan juragan kambing!).
Pemilu dan perubahan sudah dinobatkan jadi dua sejoli dalam pemerintahan demokrasi. Nggak ada perubahan formasi para pejabat pemerintahan tanpa melalui proses pemilihan wakil rakyat ini. Baik anggota dewan, presiden, wakilnya, maupun susunan kabinet. Melalui pemilu, diharapkan para new comer emang orang yang dikehendaki oleh rakyat. Biar mampu menyalurkan aspirasi rakyat dan nggak lupa memperjuangkan hak-hak rakyat yang terkikis oleh para kapitalis. Sesuai mottonya, “dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.”

Sayangnya, motto pemerintahan rakyat itu sering nggak muncul dalam pemerintahan pascapemilu. Para kapitalis yang ikut ‘patungan’ untuk membiayai kampanye bakal minta bagian. Dari jatah jabatan pemerintah yang strategis, kewenangan mengelola sumber daya alam, hingga kekebalan hukum atas bisnis yang mereka jalankan. Para wakil rakyat pun akan mendapat banyak ‘rezeki nomplok’ dari para kapitalis itu agar kebijakan pemerintah yang dikeluarkan berpihak padanya. Sementara kewajiban mengurusi rakyat yang ada di pundak anggota dewan cuma masuk daftar tunggu prioritas. Makanya pas banget kalo kita bilang motto itu diubah menjadi “dari rakyat kecil (masyarakat) oleh rakyat menengah (para wakil rakyat) dan untuk rakyat besar (para konglomerat)”.
Pelaksanaan pemilu dalam bingkai demokrasi di setiap, semata-mata untuk melanggengkan sistem sekular itu. Buktinya, parpol pemenang pemilu atau wakil rakyat yang terpilih nggak boleh ngotak-ngatik falsafah negara dan UUD yang menjadi asas negara. Apalagi sampe menggantinya dengan aturan yang nggak sekular. Bisa berabe urusannya. Karena bertentangan dengan UU pemilu dan UU parpol yang udah disahkan. Karena itu, kita nggak akan pernah menjumpai perbaikan kondisi di bawah bendera demokrasi. Percaya deh! Percayalah...

..... Baca Selengkapnya

Jeritan Palestina

Bayangkan jika kamu punya segudang harapan, tapi tiba-tiba harapan itu buyar dan lenyap entah kemana. Atau kamu punya impian yang begitu indah, tapi kemudian tak pernah menjadi kenyataan. Menyakitkan bukan? Nah, realitas seperti inilah yang kini harus diterima anak-anak Palestina. Betapa pun getirnya kenyataan itu, toh akhirnya memang harus ditelan. Karena hidup memang tak selamanya bisa memilih.

Ratusan orang harus meregang nyawa ditembus peluru serdadu Yahudi Israel pada saat terjadi bentrokan berdarah antara polisi Israel dan warga muslim Palestina di Jalur Gaza. Dan kalo kamu rajin baca berita atau nonton siaran berita pasti bisa mendapatkan foto ‘ekslusif’ yang menjelaskan bagaimana biadabnya serdadu Israel ketika membantai Palestina.

Puluhan bahkan ratusan orang harus rela kehilangan masa depan. Berjuta impian yang sudah dirajut harus punah dalam sekejap. Beribu harapan sirna dalam hitungan detik. Ya, itu adalah kenyataan yang memang pahit dan getir. Ini akan terus terjadi dan bakal terulang bila ummat Islam cuma diam atau paling banter cuma mengutuk, tapi tindakan nyata kita tak pernah ada. Jelas, itu akan membuat orang-orang Israel besar kepala, dan akan merasa enteng melenyapkan nyawa orang-orang Palestina. Stasiun Televisi Lokal melaporkan, sampai saat ini sudah 400 orang lebih tewas dan ratusan bahkan ribuan lainya luka-luka. Kawan, itu saudara-saudara kita. Masihkah kita cuek alias nggak peduli dengan nasib saudara kita di sana? Ya, Palestina kembali membara kawan. Nah, sekarang kita bakal diajak untuk mengasah kesadaran politik sekaligus kepedulian kita terhadap nasib saudara kita di kawasan Timur Tengah itu.

..... Baca Selengkapnya

Palestina Tanah Kita

Khalifah Abdul Hamid II berkomentar dengan tegas, tatkala Theodore Hertzl (penggagas gerakan Zionis) meminta tanah Palestina di tahun 1897, “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” Mendengar komentar seperti ini karuan saja Hertzl murka. Bahkan lantaran komentar ini pula, ia kemudian melakukan persekongkolan untuk memecat Abdul Hamid II dari jabatan Khalifah.

Tentang Palestina ini, sebetulnya sudah dilindungi pula dengan sebuah perjanjian di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu Khalifah Umar membuat perjanjian yang terkenal dengan nama Al Ihdat Al ‘Umariyyah (perjanjian Umar), yang berbunyi, “...atas nama Islam dan kaum Muslim. Isinya antara lain, ‘Tidak boleh seorang Yahudi pun tinggal bersama kaum muslimin di Baitul Maqdis.” (Ibnu Jarir Ath Thabari, Tarikhul Umam wal Muluk, pada judul “Iftitah Baitul Maqdis”, Penaklukan Baitul Maqdis).

Setelah Khilafah Islamiyyah (pemerintahan Islam) runtuh orang-orang Yahudi seperti menuntut balas. Maka dalam kondisi kaum muslim yang lemah mereka berusaha mencari dukungan Amerika dan PBB untuk mendirikan negara Israel Raya. Kamu bisa simak bagaimana para kekentong alias pentolan Yahudi ‘bersuara’ untuk mengesahkan tindakan brutal mereka dalam merampok tanah Palestina. “Negeri ini berdiri semata-mata akibat janji Tuhan sendiri. Oleh karena itu, meminta pengakuan atas keabsahannya tentulah tindakan yang menggelikan,” teriak Golda Meir, PM wanita Israel pertama dengan sewotnya. “Negeri ini telah dijanjikan kepada kita dan karena itu berhak sepenuhnya atas tanah itu,” ujar Menachem Begin. Orang inilah yang berhasil menggiring Presiden Anwar Sadat ke meja perundingan Camp David yang direkayasa oleh Amerika dan Israel sendiri.

Seperti satu suara dengan teman-temannya, Moshe Dayan, jenderal Israel yang terkenal keji dan selalu menutup sebelah matanya berkomentar tak kalah menyakitkan, “Jika terdapat buku injili, serta bangsa injili, maka haruslah ada pula negeri injili,” Dan ada satu lagi pernyataan yang bikin ‘gerah’ kita, “Negeri ini merupakan rumah historis bangsa Yahudi,” demikian pernyataan dalam memorandum organisasi Zionis tahun 1919. Wah, keterluan sekali “bangsa kera” itu, ya? Ya, memang kurang ajar!

Tapi benarkah alasan mereka itu? Ternyata bohong besar. Suer, kamu perlu tahu pernyataan yang dilontarkan oleh Dr. Roger Geraudy, seorang intelektual Nasrani asal Perancis yang kemudian masuk Islam, “Ia sama sekali tidak mempunyai keabsahan, baik secara historis, injili, maupun yuridis untuk berdiri di tempat yang ia tegakkan sekarang ini,” tegasnya dalam buku yang ditulisnya, The Case of Israel a Study of Political Zionism.

Jadi dengan demikian memang tanah Palestina itu adalah milik kita, bukan milik “bangsa kera” itu. Setiap jengkal dari tanah milik kaum muslimin tidak boleh dikuasi oleh orang-orang kafir. Nekat menjarahnya berarti urusannya darah.

Maka solusinya adalah seperti yang dilontarkan oleh salah seorang bocah palestina. Apa itu? “Angkat senjata dan basmi orang-orang Yahudi Israel terkutuk itu!” Memang hanya itu satu-satunya jalan, nggak ada jalan lain. Jangan memaksakan berdamai, toh perundingan damai cuma buang waktu saja.

..... Baca Selengkapnya

Bagaimana dengan Kita?


Ya, itu masalahnya. Kita dan orang-orang Palestina memang dipisahkan oleh ruang dan waktu. Antara kita dengan orang-orang Palestina terbentang lautan dan daratan yang luas sekali. Tapi, sebetulnya kita punya rasa, kita punya cinta, dan kita punya luka yang sama dengan mereka.

Teman, mereka siap menggelorakan semangat jihad untuk mengusir serdadu Israel yang telah merampok tanah mereka. Kita jangan cuek menyaksikan kejadian ini.

Coba, ketika orang-orang Palestina meregang nyawa ditembus peluru, kira-kira kita sedang ngapain. Main basket? Atau tidur nyenyak? Atau malah sedang tawuran dengan teman sekolah lain? Ironi bukan?

Juga, ketika mereka menderita di pengungsian akibat diusir dari negeri mereka sendiri, kita sedang berbuat apa? Main game? Nongkrong-nongkrong? Nonton konser musik? Atau malah sedang asik melahap makanan ‘bule’ di resto kelas wahid dengan harga selangit? Lalu dimana rasa peduli kita terhadap saudara sendiri?

Teman, orang-orang Palestina sudah kenyang dengan segala penderitaan dan kekecewaan akibat ulah orang-orang Yahudi yang menggasak tanah mereka dan mengusirnya bak pesakitan. Sekali lagi itu adalah saudara kita. Saudara yang seharusnya ‘bersatu’ dalam suka dan duka, dalam sedih dan gembira. Masihkah kita mengatakan, bahwa itu adalah orang lain? Tidak kawan, mereka adalah kita. Ya, kita. Bukan siapa-siapa dan bukan orang lain. Kaum muslim di Palestina, Uzbekistan, Tajikistan, Kashmir, Filipina, atau di negeri sendiri; Ambon, Aceh dan yang lainnya, pokoknya seluruh kaum muslimin di penjuru dunia ini adalah saudara kita.

Kita dipersatukan dan dipersaudarakan dengan Islam. Bukan dengan yang lain. Kalau pun sekarang kita nggak merasa bahwa itu saudara kita karena kita menganggap beda daerah, beda bahasa, dan beda negara. Itu adalah kesalahan besar. Ya, salah besar teman! Ternyata ide nasionalisme telah membuat ‘dinding tebal’ di antara kita. Sehingga kita nggak bisa ‘menengok’ saudara kita yang tengah menderita. Kita menjadi orang super cuek alias nggak mau peduli dengan urusan saudara kita sendiri. Tolong, sikap seperti itu jangan dipelihara, itu berbahaya bin gawat. Sekali lagi, kita bersaudara, bahkan seharusnya merasa sakit bila saudara kita disakiti dan merasa senang bila saudara kita berhasil. Sudahkah kita memiliki rasa itu?

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya merasa kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit. Kita bersaudara, teman. Nggak mungkin dong, tangan kiri kita kejepit pintu, eh, tangan kanan malah ‘nyukurin’. Kan aneh ya, nggak? Nah, begitu pun dengan saudara kita di Palestina, mereka lagi menderita, gokil dong kalo kita cuek bahkan nggak mau tahu banget. Itu namanya muslim ‘kurang ajar’. Jangan sampe deh nurani kita begitu bebal. Kita kan bukan batu. Kita manusia yang memiliki perasaan. Rasa cinta, rasa sayang, dan ‘berjuta’ rasa lainnya.

Kita harus peduli dengan nasib saudara kita di belahan bumi manapun termasuk Palestina. Bisa kan? Jadi bagaimana sekarang? Memang solusi untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel adalah dengan mengangkat senjata. Berarti pemecahannya adalah dengan jihad. Kamu perlu tahu, bahwa jihad adalah fardhu ‘ain bagi penduduk yang berada di daerah konflik (Palestina dan sekitarnya), sedangkan bagi yang jauh seperti kita di sini, ‘jatuhnya’ adalah fardhu kifayah (tapi kita harus siaga, siapa tahu orang Yahudi kemudian melipat-gandakan kekuatannya). Jadi langkah praktisnya, kita bisa mengirimkan bantuan baik berupa uang ataupun senjata untuk mereka. Ya, paling minimal banget wujud peduli kita adalah dengan mendoakan mereka supaya tetap kuat melawan orang-orang Yahudi itu.

..... Baca Selengkapnya

Kata Bijak Hari Ini...

"Akal itu tak lebih daripada alat untuk mencari kebenaran"

..:: Sebelum Meninggalkan Web Ini Diharapkan Untuk Mengucapkan Salam ::..

Rhois Tekkom IPB 44 Add to Technorati Favorites